Generasi Muda Kurang Peduli Budaya Sendiri


Pada akhirnya kita harus menjadi diri kita sendiri. Sebab yang lain itu tak mungkin menerimanya sebagai bagian dari diri mereka. Engkau bukan bagian dari diri kami. Engkau berbeda dengan kami. Barangkali Engkau memang hidup seperti kami hidup, tetapi jelas bahwa engkau tidak tumbuh dari akar kami. Engkau beda. Engkau bukan kami. Lantas, ke mana kita akan menggabung? Pulang ke ibu. Pulang pada nilai-nilai Jawa, Batak, Sunda, Bugis, karena ibunda kita memang ada di sana. Setiap Malin Kundang itu akan menjadi batu --Jakob Sumardjo, Menca
ri Sukma Indonesia 2003.

Generasi Muda Kurang Peduli Budaya Sendiri

JAKARTA, RABU - Rasa bangga dan kepedulian melestarikan budaya kurang tertanam di generasi muda Indonesia saat ini. Minat mereka untuk memperlajarinya kurang. Mereka lebih tertarik belajar kebudayaan asing. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya informasi kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia. Padahal Indonesia memiliki tujuh warisan budaya, tiga di antaranya warisan budaya dunia.

Demikian benang merah yang diungkapkan Koordinator IndoWYN Lenny Hidayat, Program Specialist Unesco Office, Jakarta, Masanori Nagaoka, dan Wakil Koordinator IndoWYN Hindra Liu, pada jumpa pers Pelatihan dan Pendidikan Warisan Budaya untuk Kaum Muda Indonesia. Rabu (26/11) di Jakarta.

Pelatihan dan Pendidikan Warisan Budaya untuk Kaum Muda Indonesia itu, dilangsungkan di Villa Amitayus, Puncak, 28-30 November, diikuti 35 anggota IndoWYN, Jaringan Kaum Muda Peduli Warisan Budaya Dunia Indonesia (Indonesia World Heritage Youth Network) .

Lenny Hidayat mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang menjadi warisan dunia seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Situs Manusia Purba Sangiran. Walau sudah dikenal luas di dunia, namun masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak paham makna yang terkandung di dalamnya.

Contoh yang paling terlihat adalah Borobudur. Sudah 30 tahun masa restorasi berlalu, tapi masih saja minimnya informasi yang tersedia di situs tersebut. Indonesia sebenarnya memiliki kapasitas untuk melestarikan budaya, hanya saja semua pengetahuan masih tersimpan rapi di generasi pendahulu. "Tidak ada lagi sumber pendidikan budaya yang bisa menjadi referensi kaum muda," katanya.

Selain Borobudur, Prambanan, dan Situs Sangiran, empat warisan dunia lainnya yang ada di Indonesia adalah Pulau Komodo, Hutan Hujan Tropis Sumatera, Taman Nasional Lorenz, dan Taman Nasional Ujung Kulon. Ada 24 warisan budaya dalam daftar tentatif Pemerintah Indonesia untuk diajukan sebagai warisan dunia.

Masanori Nagaoka mengatakan, terdaftarnya suatu situs budaya dalam daftar warisan dunia bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah awal upaya pelestarian untuk generasi berikutnya. Unesco yang diberi mandat untuk membantu pemerintah dan rakyatnya dalam upaya perlindungan terhadap situs-situs warisan dunia, siap membantu

pemerintah Indonesia memperkuat kapasitas dalam hal manajemen situs-situs warisan dunia yang ada di Indonesia, katanya.

Hendra Liu menambahkan, Pelatihan dan Pendidikan Warisan Budaya untuk Kaum Muda Indonesia, khususnya anggota IndoWYN, diharapkan bisa menggugah kepedulian generasi muda dan pemangku kepentingan, untuk melestarikan warisan budaya dunia di Indonesia.

Tindak lanjutnya, anggota jaringan IndoWYN akan melatih anggota lainnya dan memberikan presentasi di sekolah-sekolah terdekat. "Selain itu, IndoWYN akan terus aktif memberikan masukan dan kontribusi ke pemangku kepentingan," katanya.

Tahun 2009, IndoWYN akan melakukan riset sosial dan persepsi terhadap warisan budaya Indonesia. Kontribusi ke usaha pengadopsian warisan budaya sebagai kurikulum sekolah. Kemudian membuat buku dokumentasi foto-foto borobudur kolaborasi dengan para fotografer Indonesia.

Sumber: kompas.com

Franz dan Jane, turis asing, belajar memahat patung dari warga setempat di bukit Tuk-Tuk, Samosir, Sumut. Karena ketertarikan pada budaya, warga asing tekun belajar memahat selama dua bulan (sumber: aceh kita)

Bangsa Indonesia memiliki berbagai kekayaan budaya. Kekayaan dan keanekaragaman budaya ini telah menarik perhatiaan dunia. Banyak masyarakat dunia yang datang ke indonesia hanya untuk menikmati atau mempelajari kebudayaan kita.Tapi ironisnya banyak generasi muda yang tidak peduli, atau bahkan tidak mengenal sebagian dari budaya itu. Generasi muda cenderung lebih suka dengan kebudayaan asing. Jika tidak ditangani, mungkin kedepannya kebudayaan Indonesia akan hilang tak tersisa karena tidak ada generasi muda yang mau melestarikan warisan kebudayaan kita.

Krisis minat akan budaya Indonesia merupakan tanggung jawab bersama. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memacu pola pikir genarasi muda agar lebih peduli akan budaya bangsa. Lingkungan adalah faktor yang paling kuat untuk merubah pola pikir seseorang. Mulai dari lingkungan rumah, sekolah, kampus, dsb. Untuk itu diperlukan kerjasama yang dinamis dari berbagai pihak, orangtua bisa menanamkan bakat minat budaya bangsa terhadap anak sejak dini, media diharapkan banyak memberikan kontribusi tentang budaya Indonesia, kurikulum di sekolah juga perlu diperkaya unsur-unsur yang mengandung budayaan Indonesia, dan untuk itu diperlukan dukungan penuh dari pemerintah.

Kekayaan akan budaya bangsa merupakan suatu kebanggaan. Namun sebagai bagian dari bangsa Indonesia, mencintai budaya sendiri itu lebih penting dari sekedar kebanggaan. Oleh karena itu generasi muda diharapkan dapat menjadi pewaris kebudayaan Indonesia agar budaya Indonesia tidak pernah hilang ditelan zaman.

Menanggapi Kemarahan Masyarakat Atas Malaysia



Bagaimana rasanya bila barang anda diambil orang lain? Marah? Ya, mungkin kebanyakan orang akan marah bila barang kepunyaannya diambil tanpa ijin. Seperti yang terjadi belakangan ini, rakyat Indonesia marah ketika malaysia kembali mengklaim kebudayaan indonesia.
Seperti yang diberitakan liputan6.com berikut:

Liputan6.com, Jakarta: Kemarahan publik di Indonesia terhadap Malaysia kerap kali terjadi. Rentetan peristiwa telah menjadi pemicu, mulai sengketa perbatasan, penganiayaan tenaga kerja Indonesia hingga klaim Malaysia atas sejumlah budaya Indonesia. Menghadapi hal tersebut pemerintah seakan tidak segera bertindak, padahal peristiwa ini sering kali terjadi.

Salah satu permasalahan yang berlarut-larut hingga kini adalah sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan yang telah menjadi masalah hingga 35 tahun lamanya. Kedua negara mengklaim sebagai pemilik kedua pulau yang terletak di sekitar Kalimantan itu. Pada 2002, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa Malaysia adalah pemilik sah pulau tersebut .

Hubungan antara dua negara serumpun juga kerap terusik oleh maraknya kasus penganiayaan terhadap TKI yang bekerja di Negeri Jiran tersebut. Penganiayaan terhadap TKI asal Indonesia Nirmala Bonat pada 2009 silam adalah salah satu kasus yang paling banyak menyita perhatian. Ketegangan antara Indonesia dan Malaysia juga dipicu sengketa kepemilikan Blok Ambalat di perairan sebelah timur Pulau Kalimantan.

Ditambah lagi Malaysia terus melakukan provokasi di kawasan ini dengan manuver yang dilakukan Tentara Laut Diraja Malaysia. Tak hanya itu, Malaysia melalui Petronas memberikan konsesi minyak kepada perusahaan Shell di kawasan sengketa tersebut. Dan yang paling banyak memicu kemarahan publik di Indonesia adalah klaim Malaysia atas sejumlah kebudayaan Indonesia seperti batik, angklung, Reog Ponorogo, dan sejumlah budaya milik Indonesia lainnya.

Belum selesai dengan permasalahan itu, kini rakyat Indonesia kembali marah atas penangkapan yang dilakukan Malaysia terhadap tiga petugas Indonesia di perairan Indonesia. (sumber liputan6.com)
Kemarahan rakyat indonesia atas klaim kebudayaan, pulau sipadan dan ligitan, atau aksi penganiayaan terhadap TKI oleh malaysia jelas terlihat dengan maraknya aksi demo yang di gelar, banyaknya aksi protes di situs jejaring sosial, bahkan tidak sedikit yang menghina malaysia atas tindakannya tersebut.

Tapi bila kita tengok ke belakang sebelum malaysia mengklaim milik Indonesia, seberapa besar kita menghargai kebudayaan, pulau pulau kecil diperbatasan, dan nasib para pengangguran? Hanya segilintir orang saja yang perduli. Banyak masyarakat kita yang malas menikmati atau menjadi pelaku kebudayaan Indonesia, pemerintah kita juga tidak pernah memberi perhatian khusus kepada TKI, pemerintah tidak menyediakan lapangan kerja yang luas untuk menekan angka pengangguran dan keberangkatan TKI ke luar negeri, pemerintah tidak memberi perhatian khusus pada pulau pulau kecil di perbatasan, pembangunan tidak merata dan masyarakat pinggiran atau di perbatasan dibiarkan terlantar. Baru setelah Malaysia mengklaim milik Indonesia rakyat Indonesia berbondong-bondong mengakui apa yang seharusnya milik mereka, banyak masyarakat marah atas apa yang dilakukan malaysia, nasionalisme rakyat indonesia lebih jelas terlihat, pemerintah melakukan rapat-rapat khusus membahas masalah tersebut, wilayah perbatasan lebih diperhatikan, sampai ditetapkannya hari batik nasional.

Hal ini dapat menjadikan pembelajar untuk kita bersama. Sejak awal seharusnya masyarakat dengan pemerintah saling membahu memperhatikan masalah semacam itu. Marah, perang, dsb merupakan solusi yang kurang tepat mengingat sebelumnya hanya sedikit masyarakat kita yang menghargai apa yang menjadi milik Indonesia. Dengan adanya masalah tersebut seharusnya kita lebih menghargai kebudayaan mungkin dengan menggunakan batik, menikmati atau menajadi pelaku kebudayaan Indonesia, dsb. Pemerintah juga di himbau Untuk memperhatikan wilayah perbatasan, memperhatikan nasip TKI, dsb untuk mempertahankan NKRI dan kekayaan milik bangsa.

Food Not Bombs


Tanggal 20 Juni yang lalu, beberapa anak muda dari depok melakukan aksi solidaritas dengan membagikan makanan vegetarian secara gratis. Kegiatan yang mereka sebut Food Not Bombs atau biasa disingkat FNB itu berlangsung disekitar stasiun dan terminal
depok.

Apa itu food not bombs? FNB adalah bentuk solidaritas dengan menyediakan makanan vegetarian gratis kepada siapapun yang membutuhkannya. Kegiatan ini bermula dari San Francisco, kemudian menyebar keseluruh dunia hingga ke Indonesia. Kegiatan ini sama sekali bukan kegiatan amal melainkan bentuk politis sikap anti kemiskinan, perlawanan terhadap ketidakadilan serta penindasan, menyadarkan sesama untuk saling bekerjasama saling membantu, dan secara lebih jauhnya bertujuan menciptakan sebuah tatanan dunia yang non-kekerasan, tatanan masyarakat yang lebih baik, jauh dari kemiskinan.

Bagaimana semua itu diterapkan dalam sebuah aksi? , Menyediakan makanan gratis merupakan salah satu langkah yang tepat mengingat kondisi kebutuhan sosial mendesak dengan angka kemiskinan yang tinggi. Dalam kelompok solidaritas dan sikap saling menolong di tunjukan dengan turun ke jalan dan berbagi makanan gratis. FNB berusaha menciptakan sebuah organisasi non hirarkis yang mengkounter rasisme, seksisme, homofobia dan berbagai bentuk penindasan serta dominasi yang hanya menguntungkan sebagian orang saja. Sebuah keputusan diambil dengan musyawarah bersama dengan mengedepankan demokrasi yang sesungguhnya. Selain itu diberikan juga penjelasan-penjelasan mendasar atau lebih spesifik terhadap masyarakat. Kelompok ingin menyadarkan perlunya aksi langsung saling membantu antar sesama untuk bersama agar terciptanya sebuah tatanan masyarakan yang lebih baik disamping terus berusaha menghancurkan kapitalisme.


Kenapa vegetarian? FNB menyediakan makanan vegetarian sebagai bentuk perlawanan politis melawan industri daging beserta variannya. disamping itu FNB juga mempromosikan pendekatan lingkungan, mempromosikan hidup lebih sehat, serta mendukung pembebasan hewan. Tidak hanya merubah hubungan antar sesama manusia, tetapi juga hubungan antara manusia dengan bumi dan lingkungannya.

”Earth is enough to satisfy every man’s need, but not every man’s greed.” – Gandhi

Karena makanan adalah hak semua orang bukan hak istimewa segelintir orang saja!
Karena ada cukup makanan untuk semua orang dimana-mana!
Karena kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!
Karena disaat kita lapar atau kedinginan kita punya hak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara meminta, mengamen, atau menempati bangunan-bangunan kosong!
Karena kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber keuntungan, bukan sebagai sumber nutrisi!
Karena makanan tumbuh pada tanaman!
Karena kita butuh lingkungan bukan kendali!
Karena kita butuh rumah bukan penjara!
Karena kita butuh makanan bukan bom!